MENGAPA GIBRAN DIBENCI NETIZEN?

Gibran Rakabuming Raka, Wali Kota Surakarta dan calon wakil presiden 2024, menuai pro-kontra. Simak kelebihan, kontroversi.
Gibran Rakabuming Raka, Wali Kota Surakarta dan calon wakil presiden 2024, menuai pro-kontra. Simak kelebihan, kontroversi.

Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), menjadi sorotan publik dan kerap mendapat kritikan dari netizen. Beberapa alasan mengapa Gibran dibenci atau dikritik oleh netizen antara lain:

  1. Dinilai Memanfaatkan Jabatan Ayahnya
    Gibran kerap dituding memanfaatkan posisi Jokowi sebagai presiden untuk kepentingan pribadi atau politik. Misalnya, ketika ia maju sebagai calon Wali Kota Surakarta pada 2020, banyak yang menilai kemenangannya didukung oleh popularitas dan pengaruh Jokowi.
  2. Pencalonan sebagai Cawapres Prabowo
    Gibran mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024. Pencalonannya ini menuai kontroversi karena dianggap tidak memenuhi syarat usia minimal 40 tahun. Namun, Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan putusan yang memungkinkan Gibran maju, dan hal ini dianggap sebagai upaya “permainan politik” yang menguntungkan Gibran.
  3. Putusan Mahkamah Konstitusi yang Dianggap Tidak Adil
    Putusan MK yang mengubah syarat usia cawapres dinilai banyak pihak sebagai rekayasa politik untuk memuluskan jalan Gibran. Hal ini menimbulkan kesan bahwa hukum diatur untuk kepentingan elite tertentu.
  4. Kurangnya Pengalaman Politik
    Gibran dianggap belum memiliki pengalaman politik yang memadai untuk menjabat sebagai wakil presiden. Beberapa netizen menilai pencalonannya lebih karena faktor kedekatan keluarga daripada kapabilitas.
  5. Isu Nepotisme
    Banyak netizen yang menilai pencalonan Gibran sebagai bentuk nepotisme, mengingat ayahnya adalah presiden yang masih menjabat. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat yang menginginkan sistem politik yang lebih adil dan meritokratis.
  6. Polemik Kebijakan dan Sikapnya
    Beberapa kebijakan dan sikap Gibran selama menjabat Wali Kota Surakarta juga menuai kritik, seperti penanganan isu sosial dan ekonomi yang dinilai kurang maksimal.

Kritik dan kebencian terhadap Gibran ini tidak lepas dari polarisasi politik di Indonesia, terutama menjelang Pemilu 2024. Namun, sebagai figur publik, Gibran juga memiliki pendukung yang percaya pada kapasitas dan visinya.

 

Meskipun Gibran Rakabuming Raka kerap mendapat kritikan, ada beberapa sisi positif yang patut diapresiasi dari sosoknya. Berikut adalah beberapa hal positif yang bisa dilihat dari Gibran:

1. Kinerja sebagai Wali Kota Surakarta

Selama menjabat sebagai Wali Kota Surakarta, Gibran dikenal aktif dalam membangun dan memajukan kota tersebut. Beberapa programnya, seperti pengembangan UMKM, digitalisasi pasar tradisional, dan pembenahan infrastruktur, mendapat apresiasi dari masyarakat. Ia juga fokus pada peningkatan pariwisata dan budaya Solo sebagai kota heritage.

2. Inovasi Digital

Gibran dikenal sebagai sosok yang melek teknologi. Ia menginisiasi program digitalisasi di Surakarta, seperti pembuatan aplikasi untuk memudahkan pelayanan publik dan transparansi pemerintahan. Hal ini menunjukkan upayanya untuk membawa kota Solo ke arah yang lebih modern.

3. Dukungan terhadap UMKM

Gibran aktif mendukung pelaku UMKM di Surakarta dengan memberikan pelatihan, akses pemasaran, dan bantuan modal. Program-programnya dinilai membantu meningkatkan perekonomian masyarakat kecil.

4. Kepedulian terhadap Pendidikan

Ia juga memperhatikan sektor pendidikan dengan memberikan beasiswa dan fasilitas pendukung bagi pelajar kurang mampu. Hal ini menunjukkan komitmennya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Surakarta.

5. Figur Muda yang Dinamis

Sebagai politisi muda, Gibran membawa energi baru dalam dunia politik Indonesia. Ia dianggap mewakili generasi muda yang ingin berkontribusi dalam pembangunan negara. Kehadirannya juga diharapkan bisa mendorong partisipasi pemuda dalam politik.

6. Kemampuan Beradaptasi dengan Isu Sosial

Gibran sering terlibat dalam kegiatan sosial dan budaya, menunjukkan kedekatannya dengan masyarakat. Ia juga aktif merespons isu-isu aktual, seperti penanganan pandemi COVID-19 di Surakarta.

7. Visi Pembangunan Nasional

Sebagai calon wakil presiden, Gibran menawarkan visi pembangunan yang berfokus pada ekonomi kerakyatan, digitalisasi, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Meskipun masih perlu dibuktikan, visi ini menunjukkan niatnya untuk berkontribusi pada kemajuan Indonesia.

8. Ketahanan Menghadapi Kritik

Gibran menunjukkan ketahanan dalam menghadapi kritik dan tekanan publik. Hal ini mencerminkan kemampuannya untuk tetap fokus pada tujuan dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin.

Meskipun kontroversial, Gibran memiliki potensi dan kontribusi yang patut diakui. Keberhasilannya dalam membangun Surakarta dan upayanya untuk membawa perubahan positif menjadi catatan penting dalam perjalanan kariernya. Namun, tentu saja, sebagai figur publik, ia tetap perlu membuktikan kapasitas dan integritasnya di tingkat yang lebih tinggi.

 

Alasan memilih Gibran Rakabuming Raka sebagai pemimpin atau wakil presiden tentu bergantung pada perspektif dan prioritas masing-masing individu. Berikut adalah beberapa argumen yang bisa menjadi pertimbangan mengapa seseorang mungkin memilih Gibran:

1. Figur Muda yang Progresif

Gibran mewakili generasi muda yang dinamis dan memiliki pemikiran progresif. Sebagai bagian dari generasi milenial, ia dianggap lebih memahami tantangan dan kebutuhan generasi muda, seperti lapangan kerja, digitalisasi, dan inovasi.

2. Pengalaman Memimpin Surakarta

Selama menjabat sebagai Wali Kota Surakarta, Gibran menunjukkan kinerja yang cukup baik. Ia berhasil membawa sejumlah perubahan positif, seperti:

  • Digitalisasi pasar tradisional.
  • Peningkatan sektor pariwisata dan budaya.
  • Dukungan terhadap UMKM melalui program pelatihan dan pemasaran.
    Pengalaman ini bisa menjadi modal penting untuk memimpin di tingkat nasional.

3. Fokus pada Ekonomi Kerakyatan

Gibran menaruh perhatian besar pada pemberdayaan ekonomi rakyat, terutama UMKM. Program-programnya di Surakarta, seperti pembinaan dan akses pemasaran digital, menunjukkan komitmennya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kecil.

4. Inovasi dan Digitalisasi

Gibran dikenal sebagai sosok yang melek teknologi. Ia menginisiasi berbagai program digital di Surakarta, seperti aplikasi pelayanan publik dan transparansi pemerintahan. Di era yang semakin terdigitalisasi, kemampuan ini dianggap penting untuk memajukan Indonesia.

5. Kedekatan dengan Masyarakat

Gibran sering terlibat langsung dalam kegiatan sosial dan budaya, menunjukkan kedekatannya dengan masyarakat. Hal ini mencerminkan gaya kepemimpinan yang inklusif dan peduli terhadap kebutuhan rakyat.

6. Visi Pembangunan yang Jelas

Sebagai calon wakil presiden, Gibran menawarkan visi pembangunan yang berfokus pada:

  • Penguatan ekonomi kerakyatan.
  • Peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan.
  • Pembangunan infrastruktur yang merata.
    Visi ini dianggap sejalan dengan kebutuhan Indonesia ke depan.

7. Dukungan dari Jaringan yang Kuat

Gibran didukung oleh jaringan politik dan sumber daya yang kuat, termasuk dari Partai Gerindra dan koalisinya. Hal ini bisa memudahkannya dalam menjalankan program-program pembangunan jika terpilih.

8. Mewakili Generasi Muda

Sebagai politisi muda, Gibran diharapkan bisa membawa angin segar dalam dunia politik Indonesia yang kerap didominasi oleh figur-figur lama. Kehadirannya bisa mendorong partisipasi generasi muda dalam politik.

9. Ketahanan Menghadapi Tantangan

Gibran telah menunjukkan ketahanan dalam menghadapi kritik dan tekanan publik. Hal ini mencerminkan kemampuannya untuk tetap fokus pada tujuan dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin.

10. Legitimasi dari Hasil Kerja di Surakarta

Beberapa programnya di Surakarta, seperti pembenahan pasar tradisional dan peningkatan pariwisata, telah memberikan hasil yang nyata. Hal ini bisa menjadi bukti bahwa ia memiliki kapasitas untuk memimpin di tingkat yang lebih tinggi.

Catatan Penting:

Meskipun ada alasan-alasan positif untuk memilih Gibran, penting juga untuk mempertimbangkan kritik dan kontroversi yang mengelilinginya, seperti isu nepotisme, pengalaman politik yang terbatas, dan polemik pencalonannya sebagai cawapres. Setiap pemilih perlu menimbang secara objektif antara kelebihan dan kekurangan Gibran sebelum membuat keputusan.

Pada akhirnya, pilihan harus didasarkan pada visi, program, dan kapasitas yang ditawarkan, serta sejauh mana hal tersebut sejalan dengan harapan dan kebutuhan masyarakat.

Pos terkait