(Mahasyarakat) – Donald Trump selalu mengklaim mampu mengenali kesepakatan buruk. Salah satu contohnya adalah penolakan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, untuk menyerahkan hampir setengah dari cadangan mineral tanah jarang negaranya dengan imbalan yang tidak jelas. Keputusan ini memicu kemarahan Trump, yang melihatnya sebagai kesempatan ekonomi bagi Amerika Serikat.
Zelensky menegaskan bahwa sumber daya alam Ukraina harus dimanfaatkan untuk membangun kembali negara setelah perang, bukan untuk dijual murah. Namun, tawaran dari Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang disebut-sebut sebagai solusi ekonomi bagi Ukraina, justru lebih menyerupai pemaksaan daripada kesepakatan yang menguntungkan.
Kebijakan Luar Negeri Trump yang Transaksional
Laporan mengenai kesepakatan ini mengungkap bagaimana Trump melihat kebijakan luar negeri—lebih sebagai peluang ekonomi ketimbang tanggung jawab global. Trump bahkan membalikkan dukungan AS terhadap Ukraina, seolah lebih berpihak pada Rusia dengan mengadopsi propaganda bahwa Zelensky adalah penyebab perang.
Pendekatan transaksional Trump ini bertentangan dengan prinsip kebijakan luar negeri AS selama beberapa dekade, termasuk komitmen untuk menentang agresi negara besar terhadap negara kecil. Tekanan terhadap Ukraina juga memperlihatkan bagaimana Trump mencoba mengambil keuntungan dari situasi krisis negara lain.
AS dan Sikap Berubah terhadap Ukraina
Perubahan sikap AS semakin nyata ketika pemerintahan Trump menolak menyebut “agresi Rusia” dalam pernyataan G7 yang memperingati tiga tahun invasi. Langkah ini memicu kekhawatiran sekutu bahwa AS semakin mendukung tuntutan Putin dalam negosiasi damai.
Trump mengklaim bahwa Putin ingin mengakhiri perang, tetapi badan intelijen AS dan sekutunya skeptis. Mereka melihat bahwa Putin masih berambisi mencaplok Ukraina atau membuatnya menjadi negara kecil yang bergantung pada Moskow.
Mengapa Zelensky Menolak Kesepakatan?
Kesepakatan mineral ini tidak hanya bermasalah dari segi isi, tetapi juga dari pemahaman politik AS terhadap Ukraina. Zelensky menolak draf pertama karena tidak memberikan jaminan keamanan bagi negaranya. Baginya, sumber daya alam Ukraina harus dimanfaatkan untuk mendapatkan perlindungan di masa depan, bukan sekadar kompensasi atas bantuan masa lalu.
Pernyataan Gedung Putih yang menekan Ukraina untuk menandatangani kesepakatan ini semakin memperburuk hubungan kedua negara. Bahkan, beberapa senator Republik pun mengkritik pendekatan Trump yang terlalu memihak Putin.
Dampak Global dari Kebijakan Trump
Langkah Trump yang lebih berpihak pada Rusia dibanding Ukraina memicu pertanyaan lebih luas tentang masa depan kebijakan luar negeri AS. Apakah ini hanya bagian dari strategi negosiasi Trump, atau cerminan nyata dari perubahan arah politik AS?
Jika Trump benar-benar ingin menciptakan perdamaian yang adil dan berkelanjutan, ia harus memastikan Ukraina tetap menjadi negara merdeka tanpa mengorbankan kepentingannya. Namun, hingga kini, Trump belum menunjukkan rencana konkret untuk mencapai hal itu.
Kesimpulan
Kesepakatan mineral Ukraina menjadi contoh bagaimana Trump lebih fokus pada keuntungan ekonomi dibanding stabilitas global. Sikapnya yang cenderung menguntungkan Rusia menimbulkan kekhawatiran di kalangan sekutu AS, sementara Ukraina terus berjuang mempertahankan kedaulatannya.
Pada akhirnya, kebijakan luar negeri AS di bawah Trump akan terus menjadi perdebatan—apakah benar-benar bertujuan untuk perdamaian atau hanya alat negosiasi demi keuntungan politik dan ekonomi?